Hai sahabat, masih ingat kah di awal 2014, ketika sekelompok mahasiswa bandel berkumpul, iseng ingin menginisiasi sebuah komunitas baru? Entah bagaimana kita berhasil membuat sebuah seminar, tiba2 bergabung menjadi volunteer di acara internasional yang extra ordinary, bermodalkan email bisa sok2 an ke Singapore, dinner bersama para CEO dan berbicara mewakili Indonesia, akhirnya membuat kuliah berseri, dan bisa ngumpul bareng komunitas se-Indonesia di Malang?
Jujur, dengan kondisi yang ada di tempat kita waktu itu, saya cukup pesimis dan bingung untuk melanjutkan apa yang kita mulai. So, saya move on. Mulai memikirkan untuk mencari modal karir, mencari pengalaman "beneran" di lab.
Akhirnya, di MSc ini, saya memilih untuk riset di bawah bimbingan peneliti yang mumpuni sebagai pilihan pertama dan kedua saya. Dengan segala upaya sudah berusaha untuk wawancara dan menulis sebuah draft proposal untuk bisa diterima di pilihan pertama dan kedua ini.
Nah, untuk pilihan ketiga ini, mungkin di hati kecil saya masih ada "unfinished business" dari mimpi yang kita mulai 2 tahun lalu, dan akhirnya saya tuliskan di pilihan ketiga sebuah opsi thesis yang ga biasa, ikutan sebuah lomba.
"Ah, paling keterima di satu atau dua", pikir saya. Tidak seperti pilihan riset, pilihan ketiga ini mewajibkan kami untuk mengirimkan CV. Karena kriteria untuk jadi tim tidak mudah, dan banyak yang berminat, saya kira pilihan ketiga ini justru memudahkan saya untuk mendapat di pilihan sebelumnya. Semacam kalo daftar UGM, pilihan pertama di Biologi, pilihan ketiga di Kedokteran.
Jan, kebacut teles, sisanke klebus...
Entah bagaimana proses seleksinya, ternyata saya malah dapet di pilihan ketiga. Senang, panik, bingung, sedikit kecewa, haha..
Ok guys, sepertinya memang sudah digariskan oleh yang Maha Kuasa untuk menyelesaikan apa yang kita mulai 2 tahun lalu.
Mohon ijin untuk menjadi tim iGEM overgrad Edinburgh, mohon doa restu supaya langkah ini dimudahkan untuk mewakili mimpi dan harapan kita sampai ke Boston smile emoticon
Ga ada cobek bukan alasan untuk tidak membuat sambal! Tanpa sambal hidup terasa hambar #filosofihidup
Setelah berbulan-bulan mencari resep sambal, akhirnya saya berhasil membuat sambal terasi! #lifeachievement
So, berikut adalah kitchen note dari untuk membuat sambal terasi!
Garlic (yang banyak, 6-10 siung)
Shallot (cari yang bulet, 1-2 butir)
Shrimp Paste (Sainsbury, 1 sendok teh)
Cabe Ijo (Sainsbury, 3-5 buah, sesuai selera)
Olive oil
Tomat (2 buah)
Oregano (buat tambah2)
Salt
HOW TO COOK: Chop everything, panasin wajan (set ke tengah2 panasnya), kasih olive oil, masukin dulu shrimp paste, chopped garlic and shallot, tunggu sampe harum, masukin cabe ama tomat, masak sambil dipenyet2 pake spatula, tambah garam dan oregano sesuai selera
Tiap orang punya cara belajarnya masing-masing. Entah dari sumber mana, katanya ada orang bertipe visual, audio, by experience, trial and error dll.
Sejak pertama ke UK, entah kenapa saya merasa agak kurang nyaman belajar. Padahal, fasilitas perpustakaan sangat bagus, lab komputer mewah, ada kafe dimana-mana. Tapi, ada sesuatu yang beda dari kebiasaan saya belajar dahulu.
Hari ini, setelah bersih2 kamar (entah sudah berapa minggu ga di bersihin), saya menemukan lagi hal yang "hilang" itu.
Setelah merefleksikan diri, saya sadar bahwa selama lebih dari 10 tahun saya belajar di bangku sekolah, saya lebih sering belajar versi "lesehan" dan "tengkurep". Apalagi ketika kuliah, ketika kerjaan nongkrong di basecamp Kelompok Studi Kelautan, para penghuni Palung "dho pating dlosoran" bagaikan paus terdampar.
Jadi, hari ini saya tumpuk meja belajar saya supaya ruang "dlosor" lebih luas. Ajaibnya, saya merasa lebih produktif!
Ternyata, tipe belajar saya tipe paus terdampar. #ajaib!
ps: mungkin bisa request ke perpus buat dikasih tempat lesehan, hemat dan murah karena tidak perlu kursi dan meja
I love classical music
Saya tidak tahu banyak tentang musik klasik, tapi musik klasik sudah mewarnai hidup saya sejak kecil. Maklum, ayah saya seorang dosen dan pemain gitar klasik. Entah di rumah atau di tempat konser (karena diculik nemenin bapak atau dapet tiket gratis), musik klasik bisa memberikan warna yang beraneka ragam di kehidupan kita. Ada sebuah feel yang tidak akan kamu temukan di musik-musik pop di negeri ini.
Itulah alasan pertama saya sangat menikmati seri anime ini.
Saya sudah pernah merasakan duduk di kursi penonton, melihat berbagai macam pertunjukkan klasik yang ada di sekitaran Jogja. Pernah juga saya mengajak beberapa teman kampus untuk melihat konser, dan ada teman yang langsung tidur di beberapa menit pertama (begitu juga di anime ini, haha).
Di anime ini, si mangaka menggambarkan permainan yang sangat menyentuh hati, sampai-sampai ada ilusi yang bisa dilihat si penonton. Agak lebay mungkin. Tapi, kamu akan memahami perasaan itu ketika sudah pernah melihat sebuah pertunjukkan langsung. Pernah di sebuah pertunjukkan musik kontemporer di Pusat Studi Prancis, tiba-tiba suasana menjadi hening, as if the world stopped. Danketika kau melihat penonton di kanan kirimu, yang kamu lihat adalah semua orang terdiam, mulut menganga dengan mata berbinar-binar.
That is a moment you'll treasure for your whole life! Really.
Pernah juga waktu itu kami menonton konser dari salah satu pianis kelahiran Indonesia yang sejak kecil tinggal di Belanda (so sorry I can't remember his name!). Di awal pertunjukkan beliau memohon maaf ke penonton karena bahasa Indonesianya yang agak terbatas. Sebuah bakat dan permainan yang luar biasa. Tidak hanya membawakan lagu-lagu klasik dari komposer ternama, beliau juga menampilkan karya original komposisi dia sendiri. I can't stop giving standing applause sampai tangan saya sendiri perih :). Di akhir pertunjukkan, dengan sekeras mungkin berusaha berbicara bahasa Indonesia yang terbata-bata, sang pianis maju ke depan panggung, "Saya mendedikasikan karya terakhir ini untuk kedua orang yang telah menjadikan saya hari ini, yang saat ini duduk di depan saya, ayah dan ibu saya". Sebuah momen yang sangat emosional, yang membuat seluruh penonton memberikan standing applause meskipun si pianis belum memulai permainannya. Rivalry can always bring you further than you can imagine!
Hmm, setelah saya mengingat-ingat lagi 10 tahun yang lalu, saya meluangkan banyak waktu saya di SMP dan SMA mengikuti kompetisi, yang berawal dari sebuah hom pim pah di depan kampus lama MIPA UGM. Bertemu banyak sahabat baru dan rival baru, telah membawa saya untuk terus memperbaiki diri, sampai bisa melanjutkan studi di UK saat ini. Dan alhamdulillah, silaturahmi itu selalu kami jaga sampai saat ini. Thanks a lot my fiere!
Itulah kenapa saya sangat menikmati tema tersebut di anime ini. I know that feel :)
"Thank you for giving color to my life"
Semua orang pasti sudah pernah tau rasanya jatuh, when you can't feel anything, just feeling so negative and down. Mungkin saat itu saya juga merasakan hal yang sama, jenuh dengan segala kesibukan di kompetisi. Just feeling plain, meskipun saat itu sebuah achievement sudah di tangan. Momen ketika hidupmu: monotone. Then, out of nowhere, a certain someone come and give a color to my life :)
She is like a roller coaster, a bit selfish and self oriented, yet funny, and beautiful. Dia mungkin menjadi alasanku untuk melanjutkan berkarya, keep me on track. Give me a passion, dan membuatku semakin dewasa. Menang dan kalah tidak lagi menjadi beban, just try your best! Karena ada hal yang lebih berharga untuk diperjuangkan. Kalau dipikir-pikir, kompetisi terakhir yang kami ikuti cuma gara-gara ingin nostalgia di tempat kami dulu bertemu.
Itulah kenapa karakter Kaori di anime ini sangat berkesan bagi saya :)
Dan di sisi lain, I feel so stupid, seperti Kousei yang bener-bener ga sensitif. The one who care about you was always there, so close, yet you don't realise it. But I'm grateful that I'm not too late to realise it :) But..., Don't watch the series!
Karya ini memang berhak mendapatkan appraisal dari berbagai reviewer. Mungkin banyak komentar juga bahwa karya ini terlalu cliche, tipikal sebuah drama. But..., Don't watch the series if you're not prepared for the feels! Awesome music, awesome story.
:)